Kamis, 17 Mei 2018

Kontemplasi untuk Surat Pembuka

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi rabbil alamin wabihi nasta’in waala umuriddunya waddin wassalatu wassalamu ala asrofil ambiya’i wal mursalin waala alihi wasohbihi ajma’in ama ba’du.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmatnya yang telah diberikan kepada kita semua. Nikmat sehat, nikmat taufik hidayah inayah, dan nikmat yang paling besar adalah nikmat Iman & Islam. Shalawat serta salam tak lupa kita sampaikan untuk nabi besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, kita akan merenungkan surat Al-Fatihah dengan 7 ayat sebagai berikut:
Latin : Bismillah hirrahman nirrahim
Artinya : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Latin : Alhamdu lillaahi rabbil aalamiina
Artinya : Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Latin : Arrahmaanirrahiim
Artinya : Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Latin : Maaliki yawmiddiin
Artinya : Yang menguasai di Hari Pembalasan
Latin : Iyyaaka na’budu wa-iyyaaka nasta’iin
Artinya : Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan
Latin : Ihdinaash shiraathaal mustaqiim
Artinya : Tunjukilah kami jalan yang lurus
Latin : Shiraathalladziina an’amta ‘alayhim ghayril maghdhuubi ‘alayhim walaadhdhaalliin
Artinya : (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat

Kita akan fokus pada 5 kata yang digarisbawahi pada arti dari masing-masing ayat, yaitu menyebut, puji, sembah, meminta, dan tunjukilah. Kelima kata tersebut merupakan kata kerja menurut Bahasa Indonesia yang ada dalam surat Al-Fatihah.
Surat Al Fatihah sering juga disebut sebagai surat pembuka. Surat ini diturunkan di Mekkah sehingga termasuk salah satu surat Makkiyah. Surat ini menjadi surat pertama dalam Al Quran. Bahkan, banyak ulama mengatakan bahwa surat ini merupakan intisari yang dijabarkan secara rinci dengan surat-surat berikutnya. Berdasarkan terjemahan ayat-ayatnya, ada lima kata kerja yang mengarah kepada umat manusia untuk memperhatikannya.

Pertama adalah kata “menyebut”. Kata ini dapat menunjukkan suatu ketepatan (akurasi), keyakinan (belief), dan sikap (attitute) dalam tindakan. Jawaban dari pertanyaan dengan kata dasar “sebut” selalu menghindari kekeliruan, mengurangi keraguan, dan menuntut ketegasan. Allah SWT pantas disebut dalam setiap awal pekerjaan karena sifat-sifat-NYA yang mendatangkan berkah dan rahmat bagi manusia.
Kedua adalah kata “puji”. Kata ini dapat dinilai sebagai bentuk pengakuan, apresiasi, dan rasa takjub (mengagungkan) kepada Allah SWT. Dengan memuji, kita dituntut untuk mengikuti norma dan nilai yang ditentukan oleh Allah SWT. Memuji juga meningkatkan kepercayaan (trust) kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu, memuji juga menyangkut pada pengakuan terhadap kompetensi dan keinginan baik.
Dua kata sebelumnya dapat kita kategorikan sebagai pemenuhan kognitif bagi penyempurnaan renungan kita. Pemenuhan kognitif ini berkaitan dengan penyediaan norma-norma dan nilai-nilai, penegasan keyakinan kita, dan meluruskan sikap kita dalam segala tindakan.
Ketiga adalah kata “sembah”. Kata ini dapat menunjukkan bentuk penghambaan diri, ekspresi hormat, atau bahkan bentuk ketundukkan kepada Allah SWT. Implementasi kata ini dijabarkan dalam cara, aturan, dan prosedur yang dijelaskan dalam surat-surat selanjutnya, atau ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menyembah juga dapat dikaitkan dengan tuntutan untuk mengikuti perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA.
Keempat adalah kata “meminta”. Kata ini merujuk pada kebutuhan kita akan pertolongan Allah SWT, dan juga membuktikan diri kita banyak kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan. Kata ini juga dapat merujuk sebuah cara, aturan, dan prosedur ketika segala daya dan upaya kita pada akhirnya juga bergantung pada Allah SWT.
Dan yang kelima adalah kata “tunjukilah”. Kata ini menunjukkan bahwa banyak “persimpangan jalan” yang akan kita hadapi dan banyak hal yang tidak atau belum diketahui oleh kita. Tunjukilah juga merujuk pada preseden, pembelajaran, dan pengalaman yang perlu kita jadikan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan.
Tiga kata terakhir ini memenuhi elemen-elemen struktural dalam kehidupan manusia. Kata-kata tersebut tentang bagaimana kita mengambil peran, seperti apa aturannya, bagaimana prosedurnya, dan apa presedennya.

Demikian renungan bagi kita semua, semoga bermanfaat, dan mohon maaf apabila ada kekeliruan.
Subhanaka allahumma wa bihamdik, asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Padang, 17 Mei 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar